Meriah menurut ukuran waktu itu.
talat dengan segala tradisi negari, berlangsung empat hari.
berjalin benang mas milik Toeanku Lareh (Tuanku Laras) yang lama terlipat.
Saya masih ingat lima buah baju (kancing) asnya warna mas simbol mahkota Ratu Belanda.
Besar pinggang dan panjang kakinya pas pada saya.
Berarti postur a sama dengan saya.
Toeanku Laras dulu adalah kepala wilayah adat yang sangat disegani.
Lembaga ini sejak 1930 dihapus dalam sistem pemerintahan.
Sayang tidak ada foto dokumentasi perkawinan kami.
Wartawan waktu itu langka punya kamera.
Kalau berfoto, harus pergi ke studio rumah foto di kota.
Itu berlangsung tiga hari.
Setelah itu dilakukan acara jalang-manjalang, ke rumah bako, ke rumah mamak kedua pihak, dan kerabat lainnya.
Acara jalang manjalang ini adalah tugas berat bagi pihak pengantin perempuan.
Karena harus membawa jamba, yakni angan nasi disertai lauk-pauk ayam, ren ikan, dadar telor, dan perkedel.
Ditambah penganan lemang, pinyaram, kelamai (dodol), pisang-goreng, dan lain-lain.
MENDAHULUI perkawinan itu, kami tidak pernah pacaran.
Aenal-mengenal cuma lewat beberapa kali surat-menyurat dan kiriman foto.
Cara begitu dapat dikatakan sudah maju.
orang-orang tua kita dulu tak pernah melakukan seperti Sebab itu.
Kalaupun ada, dilakukan secara sembunyi-sembunyi Pasangan dijodohkan orang tua dan mamak-mamak (paman) kedua pihak.
Bisa saja tidak serasi.
Terjadilah kawin paksa.
Risikonya, rumah tangga mudah ambruk, tidak langgeng sebelumnya nyaris tidak pernah bertemu sehingga sempat bertukar pikiran.
Rumah tangga mereka 121 Pernikahan Kami, Suka Duka, dan Anak-anak RENCANA PULANG KE PADANG aida kitar delapan bulan.
Dua bulan sebelum melahirkan mengandung anak pertama setelah kami menikah , saya bujuk-bujuk pulang ke Padang, saat gemuruhnya gejolak pra pemberontakan PRRI.
RRI (Radio Republik Indonesia) Padan yang dikuasai pemberontak, tiap hari melakukan agitasi untuk membangkitkan semangat rakyat.
Ada seloroh: Kalau tak mau g, kelak harus pakai paspor karena Sumatra mau menjadi ara sendiri, melepaskan diri dari Negara Kesatuan RI.
Ada pergolakan daerah menjurus gerakan separatis walau hakiki mulanya tindakan koreksi terhadap Pemerintah Pusat.
Menuntut pulihnya Dwitunggal Soekarno-Hatta, per imbangan keuangan dan pembangunan tidak terkonsentrasi di ulan neg pernyataan Jawa Lama saya berpikir Akhirnya, terpengaruh.
Lebih-lebih karena sudah banyak pemimpin elite kumpul di Padang, antara lain Natsir, Sjafruddin, Soemitro, Kolonel Zulkifli Loebis dan lain-lain.
talat dengan segala tradisi negari, berlangsung empat hari.
berjalin benang mas milik Toeanku Lareh (Tuanku Laras) yang lama terlipat.
Saya masih ingat lima buah baju (kancing) asnya warna mas simbol mahkota Ratu Belanda.
Besar pinggang dan panjang kakinya pas pada saya.
Berarti postur a sama dengan saya.
Toeanku Laras dulu adalah kepala wilayah adat yang sangat disegani.
Lembaga ini sejak 1930 dihapus dalam sistem pemerintahan.
Sayang tidak ada foto dokumentasi perkawinan kami.
Wartawan waktu itu langka punya kamera.
Kalau berfoto, harus pergi ke studio rumah foto di kota.
Wartawan waktu itu langka punya kamera
Seraya mengenakan pakaian pengantin, kedua pengantin diarak atau berarak ke sana kemari.Itu berlangsung tiga hari.
Setelah itu dilakukan acara jalang-manjalang, ke rumah bako, ke rumah mamak kedua pihak, dan kerabat lainnya.
Acara jalang manjalang ini adalah tugas berat bagi pihak pengantin perempuan.
Karena harus membawa jamba, yakni angan nasi disertai lauk-pauk ayam, ren ikan, dadar telor, dan perkedel.
Ditambah penganan lemang, pinyaram, kelamai (dodol), pisang-goreng, dan lain-lain.
MENDAHULUI perkawinan itu, kami tidak pernah pacaran.
Aenal-mengenal cuma lewat beberapa kali surat-menyurat dan kiriman foto.
Cara begitu dapat dikatakan sudah maju.
orang-orang tua kita dulu tak pernah melakukan seperti Sebab itu.
Kalaupun ada, dilakukan secara sembunyi-sembunyi Pasangan dijodohkan orang tua dan mamak-mamak (paman) kedua pihak.
Bisa saja tidak serasi.
Terjadilah kawin paksa.
Risikonya, rumah tangga mudah ambruk, tidak langgeng sebelumnya nyaris tidak pernah bertemu sehingga sempat bertukar pikiran.
Baru ketemu sesudah nikah dilangsungkan, setelah sah suami-istri
Baru ketemu sesudah nikah dilangsungkan, setelah sah suami-istri.Rumah tangga mereka 121 Pernikahan Kami, Suka Duka, dan Anak-anak RENCANA PULANG KE PADANG aida kitar delapan bulan.
Dua bulan sebelum melahirkan mengandung anak pertama setelah kami menikah , saya bujuk-bujuk pulang ke Padang, saat gemuruhnya gejolak pra pemberontakan PRRI.
RRI (Radio Republik Indonesia) Padan yang dikuasai pemberontak, tiap hari melakukan agitasi untuk membangkitkan semangat rakyat.
Ada seloroh: Kalau tak mau g, kelak harus pakai paspor karena Sumatra mau menjadi ara sendiri, melepaskan diri dari Negara Kesatuan RI.
Ada pergolakan daerah menjurus gerakan separatis walau hakiki mulanya tindakan koreksi terhadap Pemerintah Pusat.
Menuntut pulihnya Dwitunggal Soekarno-Hatta, per imbangan keuangan dan pembangunan tidak terkonsentrasi di ulan neg pernyataan Jawa Lama saya berpikir Akhirnya, terpengaruh.
Lebih-lebih karena sudah banyak pemimpin elite kumpul di Padang, antara lain Natsir, Sjafruddin, Soemitro, Kolonel Zulkifli Loebis dan lain-lain.