Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2019

Saya setuju dan sudah musyawarah dengan istri untuk pindah ke sana

Waktu itu saya pindah kembali ke Jakarta untuk mengurus kepenti dua anak lagi, masing-masing Andre dan Dian. Bung Hatta) Jurusan Hukum I ngan Aman Makmur Ketika usia Yudha sekitar setahun, saya pulang ke Padang, mengambil over embali pimpinan surat kabar tersebut. Sampai akhimya lahir Yudha haus ilmu. Dia lulusan terbaik di UBH (Universitas nternasional tahun akademi 1993. Kepada dia almamaternya memberi beasiswa untuk terus ke S-2 di Bandung. Sayang peluang ini ditolaknya. Katanya dia tidak mau terikat, Dia kerja dulu di Jakarta, sambil mengambil pendidikan beberapa paket ilmu, seperti hukum pajak, hukum penanaman modal, hukum tenaga kerja, dan sebagainya. Malah sampai mengikuti kuliah di beberapa lembaga pendidikan di Sidney, Australia Andre anak keenam lahir di rumah bersalin Annisa, Padang 18 Februari 1967. Tahun 1997 dia diwisuda sebagai sarjana hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Padang. Sampai akhimya lahir Yudha haus ilmu Dia pun juga berwiraswasta.

Setelah diusulkannya beberapa calon, akhirmya dia pilih Mira Baj

Bos saya, Pemimpin Redaksi Abadi Suardi Tasrif dengan redakturnya Mara Karma juga sudah di Padang Kolonel M. Simbolon datang dari Medan dan Kolonel Barlian dari Palembang. Kota Padang tambah ramai atas kehadiran para pemimpin tersebut. Cukup meyakinkan saya, Sumatra benar-benar akan pisah dari negara kesatuan. Belakangan saya tahu Tasrif dan Mara Karma kembali ke Jakarta karena tidak bisa pisah dengan keluarga. Juga Letkol Barlian ke Palembang tak jadi ikut memberontak. Sementara itu, atas kebijaksanaan beberapa tokoh Masyumi yang masih ada di Jakarta, kedudukan Tasrif di harian Abadi diganti Sidi Mohammad Sjaaf. Bersama kami bergabung beberapa wartawan asal Indonesia Raya, seperti Ali Muchtar Hutasuhut, Dja'far Husin Assegaf. Kemudian masuk Misbach Yusa Biran, terkenal dengan karya tulis Ardjawi, tingkah- kurenah orang desa bila ke kota. Karya dramanya Bung Besar memenangkan hadiah nasional, tetapi kemudian Misbach Dergerak di dunia perfilman. Toeti Alawiyah (b

Baru ketemu sesudah nikah dilangsungkan, setelah sah suami-istri

Meriah menurut ukuran waktu itu. talat dengan segala tradisi negari, berlangsung empat hari. berjalin benang mas milik Toeanku Lareh (Tuanku Laras) yang lama terlipat. Saya masih ingat lima buah baju (kancing) asnya warna mas simbol mahkota Ratu Belanda. Besar pinggang dan panjang kakinya pas pada saya. Berarti postur a sama dengan saya. Toeanku Laras dulu adalah kepala wilayah adat yang sangat disegani. Lembaga ini sejak 1930 dihapus dalam sistem pemerintahan. Sayang tidak ada foto dokumentasi perkawinan kami. Wartawan waktu itu langka punya kamera. Kalau berfoto, harus pergi ke studio rumah foto di kota. Wartawan waktu itu langka punya kamera Seraya mengenakan pakaian pengantin, kedua pengantin diarak atau berarak ke sana kemari. Itu berlangsung tiga hari. Setelah itu dilakukan acara jalang-manjalang, ke rumah bako, ke rumah mamak kedua pihak, dan kerabat lainnya. Acara jalang manjalang ini adalah tugas berat bagi pihak pengantin perempuan. Karena harus

Mula-mula dikira akan mandul selamanya

Jangan sampai dihancurkan. Jangan banyak korban." Sambil senyum dia menjawab, "Penyerbuan itu atas perin tah PBR (Panglima Besar Revolusi),"maksudnya perintah dari Presiden Soekarno untuk melumpuhkan pemberontakan yang dipimpin Mr. Sjafruddin. Kelakar saya itu spontan saja karena iba dengan kampung halaman yang porak-poranda kena serbuan "Tentara Pusat' Saya pemah dapat informasi, bahwa guru Sukendro dalam ilmu intelijen adalah Kolonel Zoelkifli Loebis. Waktu itu mereka berseberangan, Kolonel Loebis bergabung dengan PRRI di Padang Pasca pemberontakan, saya ke Padang mendirikan surat kabar bersama kawan-kawan. Surat kabar ini tak berkenan dihati sementara beberapa perwira Kodam II/17 Agustus yang tak menyukai misi kami. Pada suatu sore, saya sengaja datang ke mes perwira Kodam II/17 Agustus Jalan Juanda, belakang toko Comemo Jakarta. Saya bertemu beberapa perwira yang saya kenal dekat di Padang, seperti Letnan Kolonel Sjarwani, Mayor Iman Suparto, d

Namun, saya tetap mengikuti kegiatannya

di ah Gedung DPR pindah ke Senayan, saya pin radang, Sejak itu, saya tak pernah lagi meliput kegiatan Beberapa Pengalaman Lapangan Snkendro, Asisten Intelijen MBAD (Markas Besar Angkatarn endati baru kenal, kami berdua asyik ngobrol. Sebenarnya dia agak penciam, namun terkesan cukup sirm turun di Stasiun Cirebon. Dalam peninjauan tik. Rombongan ke beberapa desa Indramayu kami naik mobil yang sama Begitu pula ketika kembali ke Jakarta sorenya, duduk ber- dampingan Waktu pisah di Stasiun Gambir saya ditawari mampir ke kantornya di MBAD atau ke rumahnya di Jalan Lemban Jakarta Pusat. Bagi saya ini amat menguntungkan, setidaknya bisa beroleh inside information sesuatu peristiwa yang mungkin diperoleh terbatas. Namun, saya tetap mengikuti kegiatannya Benar saja, seminggu kemudian saya mampir di kantor yang biasanya dianggap angker itu. Mayor Sukendro menyambut dengan baik. Lagi-lagi kami ngobrol sambil minum teh. Saya tidak mengeluarkan notes guna mencatat pembicaraan. Ka