Waktu itu saya pindah kembali ke Jakarta untuk mengurus kepenti dua anak lagi, masing-masing Andre dan Dian.
Bung Hatta) Jurusan Hukum I ngan Aman Makmur Ketika usia Yudha sekitar setahun, saya pulang ke Padang, mengambil over embali pimpinan surat kabar tersebut.
Sampai akhimya lahir Yudha haus ilmu.
Dia lulusan terbaik di UBH (Universitas nternasional tahun akademi 1993.
Kepada dia almamaternya memberi beasiswa untuk terus ke S-2 di Bandung.
Sayang peluang ini ditolaknya.
Katanya dia tidak mau terikat, Dia kerja dulu di Jakarta, sambil mengambil pendidikan beberapa paket ilmu, seperti hukum pajak, hukum penanaman modal, hukum tenaga kerja, dan sebagainya.
Malah sampai mengikuti kuliah di beberapa lembaga pendidikan di Sidney, Australia Andre anak keenam lahir di rumah bersalin Annisa, Padang 18 Februari 1967.
Tahun 1997 dia diwisuda sebagai sarjana hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Padang.
Bungsu ketujuh perempuan: Dian, juga lahir di Annisa, Padang, 24 Maret 1969.
Malang tak dapat ditolak, Dian wafat tanggal 20 Februari 1976 dalam usia tujuh tahun waktu sedang duduk di kelas dua Sekolah Dasar: Almarhumah dibanding kakak-kakaknya, termasuk amat cerdas.Tidak mudah dikicuh.
Hati kami sangat tarumuk dengan kepergiannya.
Jenazahnya dikubur di makam keluarga di kampung JADI KAKEK DAN NENEK keluarga, dan takkan habis-habisnya.
BANYAK memang yang dapat dikisahkan tentang kehidupan Yang tua-tua satu per satu berangsur pergi ke alam baka.
Saya sendiri saat ini tak dapat lagi disebut muda.
Sebaliknya di samping yang hilang, pohon keluarga terus bertunas dan berkembang.
Mulanya hadir menantu-menantu kami, lalu cucu-cucu pun lahir Pernikahan Mira Pandoe-Azhar Haris (asal Lawang) berlangsung di Jakarta, 21 Mei 1982.
Bertindak sebagai saksi Pak Natsir dan Harun Zain- waktu itu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Dalam pesta perkawinannya di gedung Panti Menganggur: Koran Diberangus KORAN-KORAN KRITIS DIBERANGUS ahun 1956 Pemandangan berhenti terbit dan dengan mudah saya kembali ke Abadi Sekitar tahun 1958 surat kabar ini bersama koran oposisi lainnya 1959.
Saya setuju dan sudah musyawarah dengan istri untuk pindah ke sana.
Tanpa diduga, sehari sebelum berangkat ke Bandung Tengku Sjahril ke rumah saya di Kabun Manggis, kawasan Matraman, Jakarta Timur Mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat itu mengajak pula menerbitkan surat kabar di Jakarta.
Setidaknya untuk menampung beberapa rekan wartawan surat kabar korban pemberangusan.
Tidak itu saja, sekalian mengimbangi dominasi media massa komunis di Ibu Kota.
Nyaris tidak ada lagi koran oposisi Tentu daripada boyong ke Bandung, saya pilih bergabung dengan Tengku Sjahril.
Kami berdua merencanakan namanya, Harian Semesta.
Jakobi saya beri kabar, bahwa saya tidak bisa ke Bandung.
Bung Hatta) Jurusan Hukum I ngan Aman Makmur Ketika usia Yudha sekitar setahun, saya pulang ke Padang, mengambil over embali pimpinan surat kabar tersebut.
Sampai akhimya lahir Yudha haus ilmu.
Dia lulusan terbaik di UBH (Universitas nternasional tahun akademi 1993.
Kepada dia almamaternya memberi beasiswa untuk terus ke S-2 di Bandung.
Sayang peluang ini ditolaknya.
Katanya dia tidak mau terikat, Dia kerja dulu di Jakarta, sambil mengambil pendidikan beberapa paket ilmu, seperti hukum pajak, hukum penanaman modal, hukum tenaga kerja, dan sebagainya.
Malah sampai mengikuti kuliah di beberapa lembaga pendidikan di Sidney, Australia Andre anak keenam lahir di rumah bersalin Annisa, Padang 18 Februari 1967.
Tahun 1997 dia diwisuda sebagai sarjana hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Padang.
Sampai akhimya lahir Yudha haus ilmu
Dia pun juga berwiraswasta.Bungsu ketujuh perempuan: Dian, juga lahir di Annisa, Padang, 24 Maret 1969.
Malang tak dapat ditolak, Dian wafat tanggal 20 Februari 1976 dalam usia tujuh tahun waktu sedang duduk di kelas dua Sekolah Dasar: Almarhumah dibanding kakak-kakaknya, termasuk amat cerdas.Tidak mudah dikicuh.
Hati kami sangat tarumuk dengan kepergiannya.
Jenazahnya dikubur di makam keluarga di kampung JADI KAKEK DAN NENEK keluarga, dan takkan habis-habisnya.
BANYAK memang yang dapat dikisahkan tentang kehidupan Yang tua-tua satu per satu berangsur pergi ke alam baka.
Saya sendiri saat ini tak dapat lagi disebut muda.
Sebaliknya di samping yang hilang, pohon keluarga terus bertunas dan berkembang.
Mulanya hadir menantu-menantu kami, lalu cucu-cucu pun lahir Pernikahan Mira Pandoe-Azhar Haris (asal Lawang) berlangsung di Jakarta, 21 Mei 1982.
Bertindak sebagai saksi Pak Natsir dan Harun Zain- waktu itu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Dalam pesta perkawinannya di gedung Panti Menganggur: Koran Diberangus KORAN-KORAN KRITIS DIBERANGUS ahun 1956 Pemandangan berhenti terbit dan dengan mudah saya kembali ke Abadi Sekitar tahun 1958 surat kabar ini bersama koran oposisi lainnya 1959.
Saya setuju dan sudah musyawarah dengan istri untuk pindah ke sana
di- berangus rezim Orde Lama, karena dianggap terlibat atau simpati dengan perjuangan PRRI dan Liga Demokrasi, lem- baga politik yang menantang Demokrasi Terpimpin Bung Karno Akibat pemberangusan itu saya menganggur Suatu hari saya menerima telegram dari teman saya, Jakobi dari Bandung la mengajak saya menerbitkan surat kabar di kota itu.Saya setuju dan sudah musyawarah dengan istri untuk pindah ke sana.
Tanpa diduga, sehari sebelum berangkat ke Bandung Tengku Sjahril ke rumah saya di Kabun Manggis, kawasan Matraman, Jakarta Timur Mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat itu mengajak pula menerbitkan surat kabar di Jakarta.
Setidaknya untuk menampung beberapa rekan wartawan surat kabar korban pemberangusan.
Tidak itu saja, sekalian mengimbangi dominasi media massa komunis di Ibu Kota.
Nyaris tidak ada lagi koran oposisi Tentu daripada boyong ke Bandung, saya pilih bergabung dengan Tengku Sjahril.
Kami berdua merencanakan namanya, Harian Semesta.
Jakobi saya beri kabar, bahwa saya tidak bisa ke Bandung.